Artikel ini akan membahas mengenai apa itu Advanced Encryption Standard atau AES, silahkan simak penjelasan pada artikel di bawah ini.
Advanced Encryption Standard (AES), yang juga dikenal sebagai algoritma Rijndael, adalah sebuah algoritma enkripsi simetris dengan ukuran blok 128 bit. Algoritma ini mengubah blok-blok data menggunakan kunci yang dapat memiliki panjang 128, 192, atau 256 bit. Setelah blok-blok ini dienkripsi, mereka digabungkan untuk membentuk ciphertext. AES menggunakan jaringan substitusi-permutasi (SP) yang terdiri dari serangkaian operasi yang melibatkan penggantian dan pengocokan bit.
Selama sekitar dua dekade setelah tahun 1977, pemerintah AS menggunakan Data Encryption Standard (DES) untuk melindungi informasi sensitif yang tidak diklasifikasikan. Namun, seiring waktu, kelemahan DES mulai terungkap, mendorong pemerintah untuk mencari alternatif yang lebih aman.
Proses seleksi untuk penggantian DES melibatkan 15 desain enkripsi, termasuk MARS dari IBM, RC6 dari RSA Security, Serpent, Twofish, dan Rijndael. Rijndael, yang dikembangkan oleh dua kriptografer Belgia, Joan Daemen dan Vincent Rijmen, akhirnya terpilih dan dikenal sebagai Advanced Encryption Standard (AES).
Proses seleksi berlangsung selama lima tahun dan melibatkan pengujian serta evaluasi menyeluruh oleh para ahli kriptografi untuk mendeteksi kerentanan dan kelemahan. Proses ini sangat terbuka dan transparan, dengan banyak pihak yang terlibat, sehingga memberikan kredibilitas tinggi terhadap hasil akhirnya.
Selain kekuatan enkripsi, faktor-faktor lain seperti kecepatan, fleksibilitas, dan persyaratan komputasi juga menjadi pertimbangan penting. Pemerintah AS menginginkan algoritma enkripsi yang tidak hanya aman tetapi juga cepat, andal, dan mudah diimplementasikan dalam perangkat lunak dan perangkat keras, termasuk yang memiliki sumber daya terbatas.
Pada tahun 2001, Rijndael dinyatakan sebagai Standar Pemrosesan Informasi Federal (FIPS) oleh Institut Nasional Standar dan Teknologi (NIST). Setahun kemudian, standar ini disetujui oleh Menteri Perdagangan AS dan diakui sebagai standar federal. Pada tahun 2003, AES dinilai cocok untuk melindungi informasi rahasia oleh pemerintah AS, dan hingga kini, AES masih digunakan oleh NSA untuk mengenkripsi informasi sensitif.
Berikut ini adalah fitur fitur pada aes yaitu :
- Jaringan SP: AES menggunakan struktur jaringan SP, bukan struktur sandi Feistel seperti DES.
- Perluasan Kunci: AES memulai dengan satu kunci yang kemudian diperluas menjadi beberapa kunci untuk digunakan di setiap putaran.
- Data Byte: AES beroperasi pada data byte, bukan data bit. Blok 128-bit diperlakukan sebagai 16 byte selama proses enkripsi.
- Panjang Kunci: Jumlah putaran enkripsi bergantung pada panjang kunci. Kunci 128-bit memiliki 10 putaran, kunci 192-bit memiliki 12 putaran, dan kunci 256-bit memiliki 14 putaran.
AES digunakan dalam berbagai protokol transfer file aman seperti FTPS, HTTPS, SFTP, AS2, WebDAVS, dan OFTP. Algoritma enkripsi simetris seperti AES biasanya digunakan bersama dengan algoritma enkripsi asimetris dalam protokol modern. Algoritma kunci asimetris, seperti enkripsi kunci publik, digunakan untuk distribusi kunci sesi yang digunakan oleh algoritma simetris seperti AES untuk mengenkripsi data aktual. Enkripsi simetris lebih cepat dan membutuhkan lebih sedikit sumber daya dibandingkan enkripsi asimetris, membuatnya ideal untuk enkripsi data.
Untuk memahami cara kerja AES, kita harus melihat bagaimana AES memproses informasi melalui beberapa langkah. Setiap blok berukuran 16 byte disimpan dalam matriks 4x4, dengan setiap sel memuat satu byte informasi. Matriks ini dikenal sebagai state array. Kunci awal diperluas menjadi beberapa kunci yang digunakan di setiap putaran enkripsi. Misalnya, kunci 128-bit akan menghasilkan 11 kunci untuk 10 putaran enkripsi.
- Add Round Key: Data blok dalam state array di-XOR dengan kunci pertama yang dihasilkan (K0). Array status yang dihasilkan menjadi input untuk langkah berikutnya.
- Sub-Bytes: Setiap byte dalam state array dikonversi menjadi nilai heksadesimal dan dipetakan ke S-Box untuk menghasilkan nilai baru.
- Shift Rows: Elemen dalam setiap baris digeser: baris pertama tidak digeser, baris kedua digeser satu posisi ke kiri, baris ketiga digeser dua posisi ke kiri, dan baris keempat digeser tiga posisi ke kiri.
- Mix Columns: Setiap kolom dalam state array dikalikan dengan matriks konstan untuk mendapatkan kolom baru. Langkah ini tidak dilakukan pada putaran terakhir.
- Add Round Key: Kunci untuk putaran tersebut di-XOR dengan state array. Jika ini adalah putaran terakhir, state array yang dihasilkan menjadi ciphertext; jika tidak, ia menjadi input untuk putaran berikutnya.
Jika kalian ingin membuat website, aplikasi mobile atau dekstop, manajemen sosial media, atau desain ui ux silahkan kunjungi website kami di https://www.softindopp.com/.